TUHAN PUN AKAN KU LAWAN

Makin terus ditekan, akan makin kuat seimbang melawan. Itulah, dalil melawan sikap arogansi Pemerintah, dalam menangani kemelut FPI. Karena salah treatment. Adalah proses hukum sosial. Berlaku umum, terjadi dimana-mana. Coba saja perhatikan, bagaimana kemudian gerakan selanjutnya.

Teringat kasus Bom Bali, semua terorristnya ditangkap, tidak dihabisi sebelum proses Hukum. Clear. Tetapi tidak kepada 6 anggota FPI yang mati ditembak Polisi. Mereka bukan terrorist.

Sekarang ditambah dengan pelarangan aktifitasnya, dikepung oleh SKB 6 Menteri : “Pengajian, Sholat berjamaah, Maulid Nabi, evakuasi Bencana Alam, dll”. Apakah yang seperti ini, yang dilarang? Atau mungkin hal ini dianggap tindakan kriminal. Silahkan pelakunya diseret keranah hukum.

Lantas apa kaitannya, bila hal itu dianggap kriminal, orangnya yang harus diadili, tetapi organisasinya yang dilarang, dengan dalih legal standing (administrative), tapi mereka tidak faham constitutional standing (Human Right).

Bila Tuhan-pun dendam seperti ini, mungkin manusiapun akan murtad, lalu kemudian akan melawannya.

Karena yang tidak lazim dinegeri yang menganut system demokrasi, adalah Pemerintahan yang otoriter!!!

MENYOAL MENGUCAPKAN SELAMAT TAHUN BARU BAGI MUSLIM

Fanatisme yang melahirkan salah laku, menyebabkan Islam menjadi salah wujud, dipandang dari kacamata non muslim. Islam yang rachmatan lil alamin, jadi sesuatu yang menakutkan, menyeramkan dan bahkan tidak sedikit melahirkan Islamphobia.

“Ya ayyuhal ladzina amanut taquLlaha wal tandhur nafsun ma qaddamat lighod, wattaquLlah innAllaha khobirun bima ta’malun” begitu bunyi Surat Al Hasyr ayat 18. Allah menyapa orang-orang yang beriman, bertaqwa agar ‘tandhur nafsun’ bercermin dari suatu hal yang telah dilakukan dengan ‘ma qaddamat lighod’, apa yang akan terjadi esok. Lalu perintah Allah untuk bertaqwa dan Diapertegas sifatnya sebagai Yang Maha Mengetahui apa yang dilakukan hambaNya

Kembali ke judul, jadi mengucapkan Selamat Tahun Baru, tidak ada larangan. Tapi dari ayat diatas, tersirat bahwa setiap ada event pergantian, maka hendaknya kita berperilaku cerdas, yaitu selalu cermat memahami apa yang telah terjadi, ada mengambil manfaat, apa yang akan dilakukan diawaktu yang akan datang, supaya mendapat sesuatu yang lebih baik.

Itu saja, Happy New Year, Bless you all

PASCA PELARANGAN FPI

Bagaimana dan apa yang dilakukan oleh aparat, setelah FPI dilarang oleh Pemerintah, Silahkan simak disini, senang bila anda menyampaikan kata hatinya, pada kolom komentar, enjoy your video :

SUPAYA IMAN ITU TIDAK HILANG

Mukadimah tulisan ini, dengan mengutip hadist dhaif dibawah, supaya kemudian saya bisa menulis focus keurusan Iman itu, silahkan simak :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ مِنْ أَكْمَلِ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ ».

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda kesempurnaan iman seseorang ditunjukkan dengan kebagusan akhlak dan sikap lemah lembut pada keluarga.” (HR. Tirmidzi, no. 2612 dan Ahmad, 2: 47. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if)

Nah, faham bukan. Bahwa Iman itu, bukan mustahil akan hilang dari diri kita. Karena itu tidak sedikit orang yang tadinya beriman menjadi murtad. Tidak beriman lagi.

Apa penyebabnya?

Pasal pokoknya, karena iman itu diajarkan tanpa alasan. Tanpa difahamkan. Tidak peduli apakah dapat dimengerti atau tidak. Misalnya, kita diwajibkan mengimani, katakanlah iman itu disini diartikan sempit, yaitu Percaya. Kita diajari untuk percaya, “umpamanya bahwa dipohon itu ada syaitannya”. Lalu kita sertamerta mempercayainya, kemudian timbul rasa takut. Tetapi dalam proses perjalanan waktu, tidak terbukti sama sekali, bahwa dalam pohon itu ada syaithonnya. Dan serta merta pula, Iman terhadap pohon yang ada syaithonnyapun, hilang.

Jadi harus bagaimana?

Begini. Kata Iman itu, karena memerlukan rangkaian kata berikutnya, seperti sesuatu kata yang menjelaskan yg tidak ada (ghaib), atau yang illogical (non sense) dan kata yang sejenisnya. Disinilah persoalannya. Ketika dirasakan adanya, maka keimanannya akan naik, tetapi bila tidak terasa, maka kadar keimanannyapun akan turun. Melemah. Karena itu harus selalu diperbaharui. Di Charged. Jadi iman itu naik dan turun.

Bila Premisnya seperti tadi, maka ajaran Iman itu harus dihindari. Diganti dengan ajaran dan methodologi yang premisnya pasti. Misalnya 1+1 = 2. Bila ini difahami atau dimengerti, maka sampai kapanpun disodorkan dalil baru apapun misalnya, 1+1 = 3, pasti orang tidak akan percaya, dan tetap mengerti atau faham bahwa 1+1 = 2.

Jadi, menjelaskan Tuhan, jangan diajarkan dengan metode keimanan, tetapi difahamkan logikanya, supaya tidak akan pernah terjadi murtad lagi. Apa itu “mengerti”. Logical. dst

Nah, hadist dhaif diatas itu, buat saya shahih!!!

MENGUKUR PRESTASI PRESIDEN

Judul ini penting, supaya kita tahu dan tidak membiarkan seorang Presiden yang tidak berprestasi dan bahkan cenderung merugikan negara dan rakyat banyak, tetap bercokol menikmati tampuk kekuasaannya. Silahkan simak uraiannya, pada video berikut ini :