Cara Gampang Mengenal Tuhan Dan Bukan Tuhan

Saya sering menyaksikan, bagaimana sang ustad, pendeta, pastur atau siapa saja, ketika menjelaskan tentang Tuhannya, ia seperti seolah-olah pernah bertemu bahkan bicara dengan Tuhannya itu.

Dalam pemahaman saya, yang awam, mungkin Tuhan orang Kristen, yang paling mudah diidentifikasi, ia bisa di bayangkan bahkan di tatap dan di raba-rabanya. Karena ada gambarnya. Karena bisa di buat patungnya. Atau visualisasi lainnya.

Bagaimana dengan Tuhannya orang islam. Dari sejak awal, di perkenalkan oleh Muhammmad, bahwa Allah itu Ghaib, tidak terlihat atau tidak ada. Itu saja. Lalu? Pada keterangan lain disebutkan begini;

Hadits diriwayatkan dari Abi Hurairah, beliau berkata, telah bersabda Rasululloh saw: “telah berfirman Allah swt, “Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan aku bersamanya ketika dia mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian maka aku mengingatnya dalam diriku, dan jika hambaku mengingatku dalam sebuah kelompok, maka aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok tersebut, dan jika dia mendekatiku sejengkal, aku mendekat kpdnya sehasta, jika dia mendekatiku sehasta, mk aku mendekatinya satu depa, jika dia mendatangiku dg berjalan, mk aku mendatanginya dg berjalan cepat” Hadits rwyt Bukhari, Muslim, Tirmidzi dari Imam Ibnu Majah (hadits Qudsi no 15).

Ada yang ingin saya garis bawahi dari hadist qudsi tesebut;
Pertama pernyataan yang tak henti-hentinya saya berfikir dan tidak menemukan jawabannya adalah ; “Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku”.
Istilahnya, mau maunya lho aja, tentang guwa, kata Tuhan.

Beda dengan penampakan sebuah gunung yang ada di sekitar kita. Dia tidak berbicara dan membisu, tetapi dia bisa menjelaskan tentang dirinya, bentuknya, isi kandungannya, besar dan tingginya. Sehingga manusia yang melihat menjadi jelas adanya, dan seterusnya.

Ada juga Tuhan lain, yang muncul belakangan yang memrotes credo yang sudah berabad-abad itu, ia mengatakan begini;

Karena aku Tuhan, maka aku berbicara kepada setiap orang, tidak kepada/melalui manusia-manusia pilihan. Karena Aku Tuhan, maka aku berbicara dalam bahasa ku, bukan bahasa manusia. Sebab bahasa manusia, sering kali disalah tafsirkan yang manusia sendiri tidak pernah faham.

Kalau ingin tahu bagaimana wujud-tampakku, apakah aku rambutnya gondrong, mukanya tampan, badannya tinggi kekar, laki atau perempuan, maka aku tidak bisa menjawab keinginan-tahuanmu.

Mengapa? Karena aku adalah Tuhan!!!.