The Bule Next to Me

Ini kejadiannya on my flight to Frankfurt. Tiba tiba saat ku terbangun dalam pesawat Qatar, di mejaku ada Business Card dari seorang Bule yang duduk disebelah kursiku. Kemudian kami saling berkenalan. Inti cerita, dia tertarik melihat buku yg sedang saya baca “Grand Design”nya Stephen Hawking. Tetapi Mr. Kirk, sebenarnya ingin saya membaca buku yg lebih hebat, yaitu “The Fabric of The Cosmos” by Brian Green.

Perbincangan berlanjut ke masalah perpolitikan di Indonesia, hingga kami membahasnya keberbagai periode pemerintahan, dari mulai jaman Bung Karno hingga ke SBY. Tentu saja saya lebih dominan menjelaskan tentang mereka. Namun ketika membicarakan mantan presiden RI, Megawati, dia mengatakan seperti ini, menurut temannya, “Ibu Mega begitu bangun tidur, kemudian suka menyalakan TVnya, dan memilih program acara untuk anak-anak”.

Saya, merenungkan sejenak, kemudian fikiran saya melayang ke kejadian-kejadian yang lalu soal Ibu ini. Sampai saya tahu jawabannya, mungkin, pantas kalau setiap kali acara kenegaraan 17 Agustus, beliau tidak mau hadir. Pantas kalau ketemu SBY, tidak pernah mau salaman. Pantas kalau kampanye, dulu, geram dan garang sekali, seperti yang sedang sangat marah.

Doha, August 5, 2011

Petunjuk-Petunjuk Tuhan

Ketika Tuhan kelewat sabarnya, maka nasihatnya seperti ini:

Matius 5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat 1  kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. x 

Ketika Tuhan kelewat gagah, maka nasihatnya seperti ini:

2:190. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

 

Siapa Negara Sahabat Indonesia?

Saat sekolah dahulu, tiap hari saya harus melewati Hiroshima Peace Park, taman dimana Bom Atom Amerika meledak. Tampak betapa dahsyatnya dampak Bom telah membunuh ratusan ribu warga Hiroshima. Tiap hari bukan saja warga Hiroshima yang berkunjung ke Peace park tersebut, bahkan setiap bulan Agustus masyarakat Jepang memperingati jatuhnya Bom Hiroshima dan Nagasaki disini.

Setelah saya bertanya kepada teman-teman warga Jepang, tentang amerika, tanpa seorang pun yang saya tanya, merasa benci kepada Amerika. Bahkan perasaann saya, justru orang Jepang malah sangat senang dengan Amerika.

Kasus yang sama, atara Vietnam dan Amerika, juga begitu mesranya saat ini, warga Vietnam mendapat privilege di Amerika dalam berbagai hal, dan tidak ada kebencian, bahkan seolah-olah saling melupakan masa lalu.

Orang Malaysia dan Singapore, dengan mudahnya bisa keluar masuk Inggris, bahkan ke USA untuk warga Singapore bebas Visa, membuat saya menjadi jealous, dan bisa dengan mudahnya pada sekolah di sana.

Bangsa kita itu, bahkan dengan Malaysia itu, tak pernah mau akur walau konon bangsa serumpun. Begitu pun dengan Singapore, walau hanya 30 menit dengan jalan laut, ada sejarah yang budaya yang erat, tetapi seperti nya bukaan Negara sahabat Indonesia. Apalagi dengan Australia, walau Negara tetangga terdekat Australia, tetapi selalu tegang saja.

Saya hawatir, kalau situasi seperti tersebut, adalah produk dari setiap bulan Agustus, saat memperingati HUT Kemerdekaan RI, thema kita adalah Belanda dan Jepang adalah penjajah itu keji. Bahka yang masih terngiang dalam telinga kita “ganyang Tengku Abdurahman, Amerika kita Setrika, Inggris Kita Linggis”.

Kewenangan Siapa Mengangkat KAPOLRI?

Produk dari system yang buruk, dapat kita lihat seperti yang terjadi saat ini, dimana Presiden di hadapkan kepada situasi yang sangat pelik, sulit dan dilematis.

Ketika Presiden menyampakan surat usulan kepada DPR RI, mengenai calon Kapolri Budi Gunawan, tiba-tiba KPK, menyatakan bahwa calon tersebut dinyatakan sebagai tersangka. Tetapi kemudian, atas dasar presumption of innocence!?, DPR RI kemudian berjalan melakukan kewajibannya Fit and Proper Test, dan kemudian secara aklamasi menyatakan persetujuannya.

Pesetujuan DPR RI kepada calon KAPOLRI, selanjutnya di sikapi oleh Presiden RI, yang mengusulkannya, menyatakan menunda pelantikannya.

Hasilnya? Katanya everybody Happy, Presiden aman dari serangan rakyat, melantik pejabat yang dinyatakan tersangka, DPR RI juga, diam-diam suka, kecuali KAPOLRI Sutarman, yang atas kasus ini ia di berhentikan tiba-tiba tanpa alasan.

Kenapa ini bisa terjadi? Saya tidak akan mengupas kenapa Presiden megajukan Budi Gunawan?, tetapi ingin menjelaskan, sebenarnya tugas siapa menunjutk-mengangkat KAPLORI itu?

Barangkali masih ingat waktu Pak Timur Pradopo tiba-tiba terpilih menjadi Kapolri, padahal ada beberapa Letjen Polisi yang sudah menjadi nominees menjadi Kapolri, karena intervensi wilayah Politik, calon calon Kapolri tersebut harus pasrah karena Mas Eko Patrio lebih suka Pak Timur Pardopo. Ini adalah penghianatan dari wilayah politik kepada wilayah Karier.

Presiden sekalipun  harusnya tidak dapat boleh menyentuh ke wilayah karier, karena wilayah karier itu sejatinya telah memiliki mekanaisme sendiri, bagaimana seseorang bisa sampai kepada jenjang topest position.

Tetapi di Indonesia justru sebaliknya, sehingga kemudian terbangun suatu rezim yang selanjutnya menjadi sindikasi dalam berbagai hal hingga ke korupsi  lagi.

Presiden mengankat para Esselon satu, Direktur BUMN, Kas staff angkatan, Kapolri. Gubernur menetapkan Sekda, Kepala Dinas, dll. Bupati pun kemudian membentuk kerajaan kecil karena kewenangan2nya itu. Bayangkan orang yang berkuasa hanya 5 tahun, tiba tiba saja punya kewenangan yang besar masuk ke wilayah karier yang dimana  lembaga-lemabaga itu sudah memiliki, sebenarnya, mekanisme untuk menetapkan seseorang bisa sampai pada jabatan hingga ke jenjang karir yg paling tinggi, walau apa lacur kalau kemudian akhirnya nasibnya ditentukan oleh model, kalau Presiden seperti Ibu, kalau Politisi seperti Bang Miing. (maaf itu nama samaran)

Jadi baik Presiden, Gubernur, Bupati/walikota, anggota DPR dan DPRD adalah wilayah politik, sejatinya tidak punya kewenangan untuk masuk ke wilayah karier atau profesi, karena wilayah profesi telah memiliki mekanisme sendiri dalam menentukan siapa yang paling pantas menjadi orang nomer satunya.

 

Your Jihad Became A Barbaric Terrorist Attack

sembahyang hindu

Lima tahun yang lalu, saya menulis seperti ini; “Thus, if a Muslim decides to blow himself up and take innocent people’s lives with him, we cannot deem that such an act represents Islam,” Radicalism was born from individuals’ misinterpretations of religious teachings. Ini menyikapi peledekan Bom di Bali oleh Amrozi Cs. Sebelumnya saya juga menulis dalam status FB saya; “Extremists in any religion or culture are very frightened confused people”

Minggu lalu, saya menerima email dari seorang scholar Australia, dia menulis email kepada saya seperti ini “Yes, the events in Paris, and other parts of France, were very horrifying. One main problem is that too many people believe Islam is to blame whereas Islam is a religion that preaches peace and harmony among people. There are fanatics in all religions. For example, America has a similar problem with crazy Christians who murder others in the name of Jesus Christ.

Kini terulang lagi, beberapa orang muslim radicals, melalukan serangan brutal kepada para kartunist media Charlie Hebdo di Paris, yang sangat memilukan. Akhirnya saya merenung, kalaulah pelajaran yang saya ajarkan bisa di sebar-luaskan, maka barangkali bisa mengurangi kejadian yg hina itu. In my teaching on Cross Culture, one of the most important topic is “do and don’t”. The end of this topic is people then understand what to do and what they don’t.

Prime Minister Harper, on behalf of all Canadians, offered his heartfelt condolences to President Holland and the people of France following the barbaric terrorist attack in the offices of the Parisian news magazine “Charlie Hebdo” and the events that have transpired since.  Pernyataan dengan nada yang sama, juga datang dari berbagai pemimpin dunia.

Ini expressi dari semua saksi yang menjadi kekejaman kelompok terrorist yang ditulis pada lima tahun yang lalu, karena kekagumuan saya’ sbb:

Ketika seluruh Pendeta Hindu di Bali berkumpul, dalam rangka perenungan setelah Bom Bali meledak, disaksikan oleh para kepala negara asing waktu itu, dan disiarkan keseluruh pelosok dunia, Pendeta tertinggi Bali itu dalam mengawali do’anya, Ia berkata seperti ini; “Alam Bali sudah kotor, marilah kita bersihkan kembali oleh kita semua, dengan masing-masing membersihkan diri”. Kemudian salah seorang keluarga korban Bom JW Mariot, dalam mengantar mendiang Mokodompis keliang lahatnya, beliau berkata; “jangan membalas kekerasan dengan kekerasan, marilah kita balas dengan kebaikan”.

Belajar Kejujuran Dari Seorang Yakuza

Suatu hari saya harus menunda keberangkatan saya ke Canberra, karena di telephone Boss saya dari Tokyo, kalau saya harus ke Bali, mengurus pekerjaan pemotretan. Tanpa banyak bertanya, siapa yang akan datang ke Bali, lalu saya berangkat ke Bali, dan seperti biasa, saya bekerja mempersiapakan semua dari A hingga ke Z.

Ada 6 orang, yang saja jemput di airport Ngurahrai, Bali. Seperti biasa, saya jemput mereka di depan pintu keluar pesawat, pekerjaan seperti ini tidak dapat dilakukan oleh setiap orang, dan kemudian saya membawa mereka keluar melewati meja pemeriksaan imigrasi tanpa di periksa, sementara saya membawa passport mereka untuk di stampel di ruang khusus, memasuki wilayah Indonesia di Bali.

Entah apa, sempat ada pertanyaan, kepada salah seorang tamu saya itu, tetapi dapat saya urus, sehingga semua tamu saya itu bisa lolos cepat keluar dari Airport.

Pesan sebelum saya berangkat ke Bali, kalau tamu saya itu meminta, hotel yg luxurious dan sangat privasi, mobil yg saya siapkan juga bekas KTT di Bogor, milik hotelnya Pak Harto di Bali dan walau hanya untuk enam orang saya menyiapkan Bus 24 seater. Yang saya heran, justru tamu istimewa saya itu naik Bus, bersama pacarnya seorang Philipine dan body guardnya 2 orang, sedangkan saya menggunakan Benz bekas KTT tersebut, sementara staf lain menggunakan Van L-300.

Singkat cerita, ketika memperisiapkan property untuk pemotretan, di salah satu puri di Peliatan Ubud, saya harus membeli kopi yang terbaik dan termahal di Bali. Saya bingung, padahal kopi untuk property, apa saja asal hitam kan tidak apa-apa, menurut benar pikiran saya. Tetapi tidak untuk talent saya itu. Dia meminta, dengan detil, dan asli.

Saya terkagum-kagum, disamping dia orangnya yang tampan mbak artist Jepang, juga kaya raya dan kejujurannya luar biasa!. Secangkir kopi, yang saya siapkan dengan cangkir yang indah, kopi ternama di Bali, gula kotak yang cantik, bukan sekedar properties hanya untuk pemotretan, tetapi harus asli begitu adanya,

Dua bulan, kemudian, setelah saya dikirimi Calendar Photo-photo dirinya di Bali itu, ternyata, orang yang saya urus adalah :

G.O. chief arrested over fraud

Group allegedly bilked investors out of 100 million yen

  • SEP 11, 2002

Police on Tuesday arrested the 39-year-old head of G.O. group, a Tokyo-based group of investment firms, on suspicion of defrauding individuals out of more than 100 million yen through bogus investment scams.

An arrest warrant was served on Genta Ogami, founder and honorary chairman of G.O. group, at the Bar Association Building in Tokyo’s Chiyoda Ward. Six other group officials were also arrested over the same allegations.

Metropolitan Police Department investigators said they suspect the group collected more than 30 billion yen from some 30,000 people across Japan — mostly housewives and elderly people — under the pretext of investment and swindled them of out of most of this money.

Investigators said that Ogami and other senior group officials had promised potential investors high dividends if they put their money in the G.O. group.

From around 1996, the group persuaded individuals to fund the advertising of its mail-order catalog service in newspapers and on television. It also collected funds to purchase a bank in the Philippines.

The group explained that investors would receive dividends in proportion to the mail-order sales, according to police. The group also maintained that the money invested would increase by 20 percent over six months, and issued bonds to raise money for the bank purchase. The group said the bonds would have annual returns of between 13 percent and 19 percent.

It bought Unitrust Development Bank in the Philippines for about 1.3 billion yen last September.

It then called on people to deposit money in the bank, promising interest returns of at least 8 percent.

The firm has generated no profits in any sector, however, including its mail-order sales operations.

Most of the money collected is believed to have been spent by Ogami on luxury items such as designer clothes and a luxurious condominium.

On March 6, police searched the firm’s offices on suspicion of collecting deposits without a license. Investigators questioned Ogami over the case.

In April, the Tokyo District Court declared Ogami and five major companies in the group to be bankrupt.

Prior to his arrest, Ogami denied that he had collected the money to defraud people.

He maintained that if his business had continued, he would have been able to repay those who financed the operations.

Ogami also explained that while he had established the investment system, he left the actual operations in the hands of other senior officials. “I feel I have responsibility as management,” he said.

“While I admit to having violated the law regulating capital subscriptions, the fraud allegation is bogus, and I will protest my innocence.”

Radikalisme Dalam Islam dan Demokrasi

Penganut Demokrasi mindsetnya adalah bebas se bebasnya boleh melakukan apa saja yang mereka inginkan dengan menganut kepada dalil “freedom of expression”. Ia boleh melakukan berbagai macam kritik, bahkan menghina dina kannya, atau keberpihakan kepada berbagai ideas, values atau nilai-nilai dan opinion.

Itulah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang hidup di Negara-negara maju. Agama, bagi mereka tak ubah nya meruapakan sebuah idea-idea saja, sehingga boleh di soroti dengan kritik, dan termasuk melecehkannya, karena ia bukan makhluk (manusia). Karena itu, di USA the innocence of Muslims, sebuah film yang di anggap menghina ajaran Islam tidak dapat di tuntut ke ranah hukum.

Berbeda, kalau anda menatap seorang wanita dengan tatapan yang seolah-olah anda terangsang gairah sexual nya. Atau menyiuli wanita yang lewat di depan anda, atau memaksa istri anda sendiri melakukan hubungan sexual, anda bisa di tuntut sebagai tindakan criminal dengan tuduha sex harassment.

Pada sisi lain, penganut orang-orang yang beragama, seperti Muslim, di bombing cara berfikir dan hidupnya oleh dogma-dogma agama itu, Mau masuk akal atau tidak, mau mengerti atau tidak, ketika itu perintah dalam al-quran ataupun hadist, kewajibannya tundauk dan taat.

Mengvisualkan saja sosok Nabi Muhammad, adalah di larang didalam ajaraan Islam, apalagi memperololk-oloknya.

Nah, ketika dua komunitas tersebut bertemu pada suatu kasus, seperti yang dilakukan oleh Media Perancis itu, maka terjadilah bunuh membunuh,

Bagai Boss Tak Punya Hati

Kalau Boss anda mengatakan; “aku hanya akan membayar upahmu, sesuai dengan apa yang kau kerjakan”, bagaimana?. Di Jepang dikenal isitlah kerja “arbaito”, atau kerja sampingan, yang hitungan satuan upahnya di kali setiap jam nya. Pekerja seperti itu, tidak mendapat perlindungan apa-apa, karena memang kalau  disini disebut sebagai pekerja “tenaga lepas”. Kadang-kadang kasihan  juga kalau melihat nasibnya.

Katanya maha pengasih, maha penyayang, dan sekaligus maha segalanya, tetapi kalau dia bilang begini : “aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri, mengubah nasib dirinya”.

Kalau yang bilang itu Tuhan, maka saya katakan sama dengan Boss pada judul

Catatan Penting Evaluasi PilPres 2014

Ketika tidak ada partai yang mendapatkan jumlah suara “presidential threshold” yang di syaratkan sebesar 20%, maka yg menentukan Capres justru partai2 kecil.Ini permainan jadi kaya gini ya? Partai yang paling tinggi raihan suaranya, tetapi tidak memenuhi syarat tersebut, lalu mencari partner koalisi, yang kemarin pada waktu pemilu legislatitif adalah nyata-nyata lawan politiknya. Ini martabatmu dimana?. Yang lebih aneh lagi adalah, partai yg hanya mendapat suara 10%, kemudian berusaha ingin mencalonkan presiden dari partainya sendiri. Bukan kan ini menapikan suara rakyat yang banyak mendukung ke partai lain? Kau hianati?

Inilah potret system perpolitikan di negeri ini. Tidak merasa kalau kita sedang melaksakan system yang chaos yang di buat sendiri. Gambaran bahwa undang-undang yang mengatur hingga kejadian situasinya seperti ini, adalah produk dari ketidak cerdasan. Tidak sadarkah? Atau mau terus lanjut  sampai anak bangsa beradu berdarah-darah, seperti yang sedang kita saksikan di daerah-daerah, karena pro dan kontra hasil penghitungan suara!?.

Bendera partai-partai yang berwarna warni itu, tidak lagi dikibarkan  layu-redup karena keharusan berkoalisi, hanya untuk kekuasaan semata-mata. Sementara rakyat pada waktu menentukan pilihan, justru melihat warna-warni yang disukainya itu, walau terselubung rakyatpun di beli untuk menentukan pilihannya.

Last but not least, undang-undang yang mengatur bagaimana rakyat bisa menjadi pemimpin, tak mampu melahirkan calon pemimpin yang dapat dipilih oleh rakyat tanpa resiko. Maksudnya, bila rakyat memilih siapa saja, tanpa ada resiko apapun, karena yang dipilih adalah manusia-manusia the best among the best.

Bangsa ini perfect dalam segala hal!? Truly gambling.