Belajar Dari Negeri Sakura

Kadang iri banget bila memperhatikan betapa tertibnya bangsa Jepang dalam menata hidup dan kehidupannya. Kasap mata, semua tertata teratur dan sangat harmonis. Seolah-olah bangsa Indonesia tak akan pernah kesampaian bisa berbenah seperti bangsa Jepang. Pesimistis, apalagi bila membandingkan dengan para desicion maker kita, yang tidak memiliki hati yang ikhlas dalam membangun negeri ini. Terkalahkan oleh nafsu keduniawian alias ubudunya. Padahal dogma agama sagat mengutamakaan keihklasan dan akhlaqul karimah. Sementara di Jepang, manusianya tak pernah mengenal dan mengerti apa itu dosa.

Coba kita perhatikan bagaimana life style orang Jepang sehari-hari, dari mulai jalan kaki, berlalu lintas, tata tertib di rumah, hingga aturan main duduk bila bersama teman, rekan busiess, atau senioritas, cara makan dan minum, semua ada prosedur dan ada tata urutannya. Ditaati, bukan semata-mata karena law enforcement tetapi lebih karena perilaku budaya mereka yang sangat kuat. Disiplin, kerja keras dan focus pada pekerjaan, adalah produk dari budaya yang tadi saya uraikan sekintas kilas tersebut. Budaya malu dan harakiri adalah social punishment yang tumbuh dalam setiap diri pribadi orang Jepang.

Bagi orang asing yang datang ke jepang dengan harapan ada rasa aman dan nyaman, ada kepastian dalam segala hal, pelayanan yang prima dari setiap yen yang kita belanjakan, bagi yang faham bahasa Jepang, informasi yang kita perlukan dengan sagat mudah didapat, maka Jepang bak negeri syurgawi.

Saya tidak mengagungkan-agungkan bangsa jepang, kemudian mengerdilkan bangsa sendiri. Tulisan ini hanya sekedar memberi motivasi dan isnpsirasi kepada kita semua, karena bangsa kita juga berkemampuan seperti bangsa lainnya du dunia ini. Seperti kita saksikan dalam kehidupan masyarakat kita, ketika mereka masuk mengendarai mobil ke jalan toll, koq bisa ya mereka berperdaban seperti bangsa lainnya!. tetapi begitu keluar jalan toll, masuk kejalan biasa, kita kembali jadi bangsa yang bar bar, bak monyet saja.