Dibisiki Tuhan

Saatku menerawang kelangit yang tak bertepi

Pikiran dan qalbuku, sumeringah melihat bintang gemintang

Menikmati ayat suci alam

Seperti banyak lukisan dibuku tua

Tiba tiba, ada yang membisik ketelinga kiri

Aku tuhan palsu

Mau apa? Kutanya

dia terus mengoceh.

Mengaduk aduk semua cell yang ada dilorong otaku

kemudian kunyahannya dimuntahkan ke muka ku

baru aku ngeuh

ada bau tercium

Tuhan palsu itu berbisik lagi

Aku tidak menurunkan buku

Kenapa?

Karena aku tuhan.

Loh?

Aku bisa membuat kamu mengerti

tak harus membaca dan mendengar

Kok bisa?

Karena aku tuhan

Terus?

Aku juga tidak punya pesuruh.

Tidak perlu

Kenapa?

Karena aku tuhan

Jadi kamu itu siapa?

Aku sendiri tak bisa menjawab

Kenapa?

Karena aku tuhan

 

 

 

Jabong

Ketika sang surya mulai menatap

Menghembuskan kehangatan

Saat Srangenge mulai meredup

Kemudian datanglah hawa sejuk dari gunung

Lalu tidurku menjadi lelap

Semua ada

Walau tidak istimewa

Tapi kesederhanaan itulah, membuatku sehat

Menjadi terus semasa muda

Karena oxygen banyak dan air alam nan jernih

Iya memang Desa

Tapi hari hari bisa seperti hidup di Texas

Tidak saling mengganggu

Kecuali panggilan sholat seperti di Kota

Berisik

Banyak yg iri aku hidup didesa

bahagia

Tenang, tertib, dan sunyi

Hanya musik yg kusuka yg melantun

Selebihnya nyanyian berbagai burung liar

Sekarang

Teman-teman yang jauh menjadi satu atap

Seperti serumah saja

Jadi kenapa harus tinggal di tempat yg sumpek

Bertebaranlah menikmati karunia semesta alam

 

Jokowi Blunder Parah

Saya kira sudah pd puncaknya, pemahaman Jokowi tentang ketatanegaraan, terlihat dangkalnya. Aneh bin ajaib, kalau bukan sedang menggigau, ada pernyataan ” Pemimpin Negara itu perlu penglaman”.

Lupa dia, waktu nyalon jadi walikota, pengalaman pernah jadi walikota dimana? Lupa dia, waktu nyalon jadi gubernur, pernah pengalaman gubernur mana? Lupa dia, waktu nyapres dulu, pernah pengalaman jadi presiden mana?

Pemimpin politik itu, TIDAK PERLU pengalaman, ia hanya perlu mempunya visi misi yang jelas!!!. Gagasan kedepan.  Bukan prestasi masa lalu.

Beda dengan pemimpin karier, seperti tentara. Ada syarat syarat khusus, untuk sampai pada posisi Jenderal.

Jujur, saya tdk berani mengatakan dia itu tolol, tapi saya berani mengatakan, dia tidak faham membaca UUD 1945.

Dalam UUD 45 (yang diamandemen) secara tersurat tidak ada ketentuan harus berpengalaman dan berprestasi. Syarat berpengalaman secara tersirat, ada dalam kalimat “mampu secara jasmani dan rohani”.

Ini parah tingkat Dewa.